Foodspoters, Indonesia sangat kaya akan budaya dan tradisi. Kekayaan ini sangat dijaga masyarakat, lho. Alhasil, tradisi dan budaya mengakar dalam kehidupan sehari-hari. Nah, salah satu aspek yang dipengaruhi kekentalan budaya dan tradisi adalah pangan alias kuliner. Pengaruh yang ada di dunia kuliner Indonesia membuat makanan nggak hanya sekadar jadi sajian yang mengenyangkan, namun juga memiliki filosofi tertentu. Sudah tahu kuliner Indonesia apa saja yang mengandung filosofi unik dan menarik ini? Kalau belum, yuk, simak selengkapnya!
1. Rujak Cingur
Kuliner Indonesia satu ini pasti nggak asing buat warga Jawa Timur. Di kota asalnya, Surabaya, kamu bisa menemukan rujak cingur dengan mudah. Rasa sajiannya yang manis berpadu dengan asin juga gurih memang unik banget! Salah satu bahan yang menjadi kunci dari kuliner ini adalah petis. Petis umumnya berasal dari olahan udang atau ikan yang berwarna hitam dan bertekstur padat seperti selai.
Pada rujak cingur, petis yang digunakan ada dua jenis, yaitu petis pekat yang terkenal dengan kelezatannya dan petis cokelat yang kerap dinilai kurang lezat. Penggunaan dua jenis petis ini menghasilkan rasa sajian yang pas dan lezat. Penggunaan petis ini merupakan gambaran kehidupan seseorang, hidup merupakan perpaduan yang seimbang antara hal yang menyenangkan dan tidak menyenangkan.
2. Kue Apem
Foodspoters yang tinggal di pulau Jawa, Madura, dan Bali pastinya nggak asing dengan kue apem berwarna kecokelatan. Penamaan kue yang satu ini diambil dari bahasa Arab, lho. Diambil dari kata afwum yang bermakna memohon maaf atau ampunan kepada Tuhan.
Makna yang terkandung di baliknya menjadikan kue yang satu ini sebagai sajian utama dalam tradisi megengan. Bagi masyarakat Jawa, Megengan merupakan perayaan untuk menyembut datangnya bulan suci Ramadan. Megengan secara harafiah berarti menahan, peringatan Megengan dimaksudkan sebagai tanda bahwa bulan Ramadan akan segera tiba.
3. Sate Lilit
Pernah coba sate lilit khas Bali, Foodspoters? Berbeda dengan sate ponorogo atau sate madura, daging pada sate lilit tidak ditusuk melaikan dililitkan pada tusuk sate. Tusuk sate-nya sendiri bukanlah lidi atau bambu, melainkan batang serai.
Bagi masyarakat Bali, sate lilit identik dengan kejantanan seorang lelaki. Pada zaman dahulu, sate lilit dibuat dengan porsi besar sebagai sesaji kepada pada Dewa ketika upacara adat atau upacara keagamaan. Saat itu, para laki-laki memegang peranan terbanyak dalam pembuatannya, mulai dari menyembelih dan membersihkan hewan, membuat adonan, hingga memembakar sate.
Itu dia Foodspoters, 3 kuliner Indonesia yang nggak hanya enak tapi juga punya filosofi di dalamnya; rujak cingur dengan kombinasi dua hal bertolak belakang yang menghasilkan keharmonisan, apem dengan makna memohon ampunan pada Tuhan, dan sate lilit dengan kejantanan pria. Dari ketiganya, mana yang sudah pernah kamu coba?